Terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima—Manusia Setengah Salmon
Begitu banyak anak di luar sana yang lahir tanpa tahu siapa orang tua mereka. Mereka, tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa saudara. Segelintir orang dewasa menitipkan anaknya pada panti asuhan karena mereka tak memiliki cukup biaya untuk menghidupi anaknya secara layak. Sungguh klise memang kalau kalian bertanya pada mereka dan mendengar apa alasan mereka bertindak demikian.
Tapi, bukankah tidak ada orangtua yang ingin anaknya hidup serba susah? Ini bukan tentang bagaimana kita ,sebagai anak, harus berpikir rasional tentang menerima keadaan; ini tentang bagaimana perasaan orangtua melihat anaknya tumbuh. Tentang bagaimana cara pandang mereka pada kenyataan. Sungguh, bahkan kalau anak itu menerima keadaan sedemikan rupa (susah), orangtua tetap harus memutar otak mereka untuk bertanggung jawab menghidupinya secara layak.
Seorang ayah akan bekerja untuk membelikan benda-benda baru untuk anaknya. Seorang pria yang kadang sering kita anggap 'kuno', 'kolot', dan 'ketinggalan zaman'; tak mau anaknya menjadi seperti dirinya yang demikian. Seorang ayah akan bertanya "apakah teman-temanmu memilikinya?" ketika kau sedang membicarakan gadget terbaru. Lalu, beliau akan berfikir tentang bijaksanakah jika dia membelikan benda itu untuk anaknya. Seorang pria yang pulang larut karena lembur demi rupiah. Tahukah, bahwa dengkuran dalam tidurnya menandakan betapa lelahnya dia bekerja?
Pria yang ingin anaknya mendapat pendidikan yang baik hingga anaknya dewasa. Menyekolahkan anaknya, memberikan guru kursus agar anaknya bisa mendapat nilai yang lebih baik. Pria yang berfikir banyak hal tentang masa depan, tentang bagaimana agar anaknya bisa menjadi orang yang berguna, menjadi orang sukses, menjadi orang yang lebih darinya.
Seorang ibu memasak agar keluarganya, anaknya, mendapat cukup gizi. Seorang wanita yang bertaruh nyawa saat melahirkan seorang bayi. Wanita yang bagaimanapun sifatnya, tetaplah wanita yang harus kita hargai. Membangunkanmu di pagi hari agar kau tidak terlambat ke sekolah. Bertanya padamu "apa kau suka?" saat kau mencoba masakannya. Berceloteh tantang petuah ini itu. Sering kali, kita akan jenuh dan menganggapnya omong kosong. Walaupun demikian, beliau adalah panutan. Ibu bangun lebih awal agar menjadi contoh baik untuk anaknya. Menyiapkan sarapan. Mencuci pakaianmu ketika kecil. Merapikan mainanmu yang bisa kapan saja kau berantakkan lagi.
Ibu merawatmu. Memberitahu mana yang boleh dilakukan dan (sebaiknya) tidak. Ketika dirasa kau sudah bisa diberi tanggung jawab, beliau menyuruhmu
merapikan tempat tidurmu sendiri, mencuci piringmu setelah makan, dan
mencuci bajumu agar kau tidak selalu bergantung pada orang lain. Beliau
memberikan pendidikan yang tidak diberikan di sekolah. Menginjak remaja pula tak jarang kau membantah omongannya, berbohong, dan melanggar peraturannya, tetapi beliau tak bosan menasehatimu. Pernahkah kau merasa tidak dipedulikan (ditelepon/ sms) saat kau pergi dengan temanmu, itu karena beliau tahu kau bisa menjaga diri-sikap.
Sama seperti seorang ayah, ibu juga akan membelikan baju untuk anaknya. Seorang ibu juga berfikir mengapa anak lain demikian sedangkan anaknya tidak
—belum. Maka, dia mengajak anaknya membeli baju. Walaupun beliau tidak memebeli baju untuk dirinya sendiri, namun ada rasa senang
—bangga bahwa dia bisa memberi anaknya sesuatu seperti orang tua lainnya lakukan.
Ketika kau menjalani ujian, sewaktu kau pulang terlambat, atau bahkan saat kau tertidur; beliau berdo'a. Dalam doa'nya namamu terucap. Mengharapkan yang terbaik untukmu, selalu. Tak ada perbuatan yang bisa menyaingi apa yang telah ibu perbuat untuk kita. Sekalipun kau mengajaknya berkeliling dunia, menghadiahinya permata, dan mendirikan istana. Tak ada yang sebanding.
Dan apabila kita masih mempunyai dua orang terbaik ini, kita harus bersyukur. Karena kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup. Karena ada banyak orang yang tak bisa untuk sekedar menyapanya, memanggil "ibu, ayah". Maka sayangi mereka, seperti mereka menyayangimu.
Letih terlihat di wajah yang tua itu
tertidur pulas dalam alunan gelap malam
di balik senyummu, teduhkanku
terbayang potret kala engkau masih muda
ajarkan sebuah kata cinta dalam hidup
kekuatan kasihmu, nyata, pulihakan jiwaku
yang kadang goyah
pesonamu masih jelas kurasa hingga kini
menemani hingga ku dewasa
derai air mata dan pengorbananmu
tak 'kan tergantikan
terimakasih, Ibu
waktu cepat bergulir
sisakan banyak kisah
dia, yang kau cinta, telah lama meninggalkan
dirimu sendiri
namun, tetap kau berdiri tegak pada dunia
(Ada Band—pesona potretmu)